Rabu, 19 November 2008

PANCA INDERA


 


 

Account    illumination


 

                OLEH: SOPHIA DEVI


 

Panca indera ialah: mata, telinga, hidung, lidah, kulit.

Selain dari lima indera itu manusia hidup di dunia menggunakan tiga badan: badan fisik dengan badan etherisnya; badan astral atau perasaan/emosi; badan mental atau pikiran bawah sadar. Ketiga badan ini disebut juga kepribadian atau personality. Personality berasal dari kata persona yang berarti topeng. Atman atau hati (sing - mandarin) tidak dapat bersinar keluar disebabkan personality atau topeng ini tidak harmonis.

Jadi, ketiga badan ini harus dapat bekerja sama dengan harmonis agar kita dapat menjalankan tugas hidup kita sehari-hari, hingga atman/hati atau Peletik Api Ilahi itu dapat bersinar keluar. Maka, kita sebagai manusia menggunakan panca inderanya ini demi berlangsungnya proses tersebut.

Marilah kita tinjau panca indera kita:


 

MATA untuk MELIHAT. Kita melihat segala sesuatu di depan mata kita, tapi biasanya kita kurang menelitinya, hingga samar-samar sepintas lalu hasil obyek yang kita lihat itu. Maka, kita memerlukan Perhatian Murni dalam melihat segala sesuatu.

Selain melihat/mengamati segala gerak-gerik hidup di seluruh jagad raya ini, sebaiknya pula disertai dengan perasaan keindahan, cinta kasih, pikiran murni, maka segala sesuatu akan berjalan dengan baik.

Contoh: seseorang yang berbakat seni atau berperasaan halus, jika melihat patung orang yang telanjang bulat, akan mengatakan "indah"; tapi sebaliknya orang yang berperasaan kasar atau berbudi rendah akan mengatakan patung itu "porno". Jadi, segala apa yang kita lihat ini, tergantung pada sifat-sifat getaran jiwa kita, apakah banyak yang halus atau banyak yang kasar sifatnya. Jadi ini relatif.

Maka setiap agama menganjurkan kita supaya melihat yang baik-baik saja, untuk memperhalus getaran - jiwa penglihatan kita. Lebih baik melihat sesuatu yang sedap dipandang mata, daripada yang tak bermoral itu. Dapat membeda-bedakan yang baik dari yang buruk, yang perlu dan yang tidak perlu, inilah yang disebut "Wiweka". Biasanya kita dengan cepatnya melihat kesalahan-kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri. Kita tangkas mengritik orang lain daripada mengritik diri sendiri.

Selain melihat keluar, sebaiknya kita melihat ke dalam BATIN kita masing-masing untuk menemukan sesuatu yang lebih agung, lebih kekal, lebih sempurna, dan lebih indah

.

TELINGA untuk MENDENGAR. Kita mendengar 1001 macam suara terus-menerus, baik yang halus atau yang kasar. Tinggal kita sekarang memilih suara mana yang akan kita perhatikan atau kita simak baik-baik. Biasanya kita tidak suka kesepian, maka kita menyetel tape compo. Jika tape compo itu suaranya kecil, kita menginginkan home theater seab suaranya lebih mantap, nyaring, dan enak kedengarannya seperti drum kosong dan bukannya kaleng kosong yang pecah suara musiknya.

Tapi anehnya, jika kita sudah punya home theater dan disetel musik yang merdu, kita biasanya tidak mempedulikannya lagi, kita asyik ngobrol atau melakukan hal lainnya hingga suara yang menderu-deru itu TIDAK DIDENGAR atau diikmati sama sekali.

Inilah kenyataan kita sehari-hari bahwa kita SUKA RAMAI-RAMAI dengan segala macam SUARA. Sebab itulah kita tidak dapat TENANG, tidak mau mendengarkan musik yang ada di dalam hati kita, atau nyanyian alam yang bergema di sekitar kita.

Mendengarkan orang-orang mengolok-olok atau bergosip tentang sesamanya, biasanya kita senang sekali. Padahal agama kita menganjurkan untuk tidak mengikuti kabar-kabar angin itu, sebab kita akan terlibat membantu mengacaukan suasana, baik disadari maupun tidak. Soal ini dapat kita pelajari dalam buku-buku spiritual.

Jadi, Wiweka juga diperlukan untuk memilah antara yang baik atau buruk untuk PENDENGARAN kita.


 

HIDUNG untuk MENCIUM atau BERNAFAS, juga penting diperhatikan. Hidung adalah alat untuk kita bernafas hingga HIDUP. Paru-paru yang bekerja secara otomatis sebenarnya menghisap hawa udara yang berisi oksigen dan PRANA (kekuatan hidup), untuk melangsungkan hidup badan fisik kita.

Maka tariklah nafas dalam-dalam, perlahan-lahan secara wajar hingga seluruh badan etheris atau badan fisik kita terisi prana atau zat kehidupan yang berasal dari sinar matahari .

Oleh filsafat yoga dikatakan, bahwa hidup manusia ini dihitung dengan nafasnya, jika orang yang bernafas dalam-dalam dan perlahan-lahan, maka dia akan panjang umur, sedangkan jika orang bernafas pendek-pendek tentu cepat matinya. Umpamanya orang yang sering marah-marah, hidup tidak tenang, dan lain-lain.

Maka dari itu, carilah udara yang sejuk dan segar. Di pegunungan lebih sehat hawanya daripada di kota-kota industri yang udaranya telah banyak tercemari polusi.

Minyak wangi yang lembut sedap aromanya, lebih baik daripada yang tajam menyengat baunya. Demikian untuk tujuan-tujuan ritual keagamaan, pembakaran dupa kayu gaharu/cendana lebih baik daripada kemenyan, sebab yang pertama itu menarik perhatian para dewa/bidadari dari alam kebahagiaan dan yang belakangan ini menarik perhatian makhluk-makhluk halus tingkat rendah dari alam penderitaan yang penampakannya menyedihkan dan menyeramkan.


 

LIDAH di rongga mulut untuk merasakan dan mengkonsumsi MAKANAN/MINUMAN dan untuk berBICARA. Jika kita meninjau mereka yang menjalani hidup total untuk spiritual, pada tingkat-tingkat permulaan sangat dianjurkan untuk makan berbagai sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Itu semua diperlukan demi memperhalus getaran-getaran badannya tersebut, hingga menjadi sensitif dan aman.

Ada pepatah yang mengatakan demikian: "periksalah sebelumnya apa yang akan dimasukkan dalam mulutmu, dan waktunya keluar besok pagi tidak perlu diperiksakan." Artinya, bilamana kita sembarangan saja makan dan minum, maka tentu kita akan sakit. Dan kotoran kita perlu diperiksa oleh dokter untuk mendiagnosa penyakit dan pengobatannya.

Dengan kata lain kita harus menjaga makanan dan minuman kita agar selalu bersih dan sehat.

Jika mulut kita berbau busuk, biasanya disebabkan makanan yang kita konsumsi kurang tercerna dengan baik atau daging yang membusuk dalam saluran pencernaan kita, atau ada gigi kita yang berlubang dan perlu segera diperiksakan ke dokter gigi.

Selain itu, minum minuman keras beralkohol tinggi secara berlebihan bukan saja merusak badan fisik kita terutama otak, lever, dan jantung, tetapi juga badan rangkap etheris kita juga ikut rusak.

Maka, di dalam agama dan aliran-aliran kebatinan dilarang keras mengkonsumsi alkohol atau rokok dan sejenisnya, sebab itu semua menghalang-halangi kemajuan hidup spiritual.

Jika kita sudah memelihara rongga mulut kita dengan kebersihannya, maka mau tidak mau semua yang kita ucapkan itu juga akan terpengaruh kemurniannya. Dinyatakan dalam semboyan wartawan:"Bahwa ujung pena (wartawan) lebih tajam daripada pedang". Tetapi Sang Budha mengatakan:"Bahwa ujung lidah adalah yang paling tajam dari segalanya."

Oleh karena lidah tak bertulang itulah dunia ini menjadi kacau. Misalnya dalam hidup berkeluarga, suami istri, orangtua dan anak-anak, tetangga atau kenalan, dan lingkungan masyarakat di mana kita hidup.

Semua kekacauan terjadi yang disebabkan oleh sang lidah tak bertulang yang telah mengucapkan kata-kata kasar, gossip, menyinggung, menghina, membumbui/menambah-nambahi, dan lain-lain sebagainya.

Diceritakan bahwa lidah kita yang tak bertulang itu saking lihai dan berbahayanya, maka dikurung rapat oleh 32 biji gigi kita. Maka dari itu kalau kita ingin marah-marah, hitunglah sampai 32 kali dulu, tentu kita tidak jadi menyemburkan kata-kata yang "berapi" dan membakar emosi yang mendengaarnya (boleh coba dan uktikan sendiri).

Menurut salah satu buku dikatakan: "Janganlah bicara yang tak perlu, bila perlu dan berguna untuk dikatakan, katakanlah dengan ramah tamah." Dan sewaktu-waktu kita juga perlu melatih diri untuk "DIAM" atau tidak bicara (mauna) selama beberapa jam sehari. Ini latihan untuk menenteramkan pikiran/perasaan/badan fisik kita dan juga untuk menyimpan kekuatan hidup (prana) kita supaya tidak dihabur-hamburkan dengan sia-sia.


 

KULIT untuk MENYENTUH atau MERABA. Kulit badan kita juga perlu diperhatikan kebersihannya, yaitu dengan mandi dua kali sehari supaya lubang pori-pori tidak tertutup, sehingga keringat dan udara dapat menyegarkan kita. Sentuhan kulit berhuungan rapat sekali dengan urat saraf yang berpusat pada pangkal otak dan juga pada badan etheris sebagai jembatan ke badan astral/perasaan kita.

Jika perasaan kita sudah halus, maka saat kita duduk berdekatan dengan orang lain, belum sampai kulit kita menyentuh kulitnya, sudah terasa sesuatu yang jelas, misalnya: panas/dinginnya temperamen seseorang yang berada di dekat kita.

Ada orang yang senang berdekatan, ada lagi yang mrasa gelisah disebabkan percampuran badan astral atau auranya itu dengan badan lainnya yang tidak sama getarannya, hingga saling mempengaruhi satu sama lain.

Aura ialah sinar dari kekuatan magnetis pribadi seseorang, jadi ukannya badan astral. Dikatakan bahwa orang yang sudah waspada dapat melihat orang yang tidak sehat (sakit), bahwa sinar auranya lemah seperti bulu kucing yang kena air.

Dalam pemersihan kulit badan fisik ini, perlu juga diperhatikan anjuran para occultist, bahwa kotoran kuku-kuku baik di tangan maupun di kaki harus dibersihkan, sebab kita semua selalu memancarkan kekuatan magnetis – badan kita lebih banyak melalui jari jemari tangan dan jari-jari kaki kita.

Bilamana kita tidak membersihkan kuku-kuku kita yang kotor itu, secara tidak sadar kita akan memancarkan/mengeluarkan pengaruh-pengaruh yang tidak sehat ke dalam alam etheris di sekeliling kita.

Duduk sambil menggoyang-goyangkan kaki kita, juga tidak dianjurkan oleh para yogi, sebab kita selalu menghambur-hamburkan kekuatan hidup (prana) kita secara sia-sia.


 

Kesimpulannya: Panca Indera kita harus dipelihara sebaik-baiknya dan dipertajam serta dimurnikan, sebab inilah yang menjadikan atau merupakan kunci untuk kita menginjakkan kaki kita ke dalam Dunia Kebatinan.

Alat-alat inilah yang menjadikan sumber daripada karma baik atau karma buruk yang akan kita petik kelak di kemudian hari.

Selain lima alat ini dan badan fisik, PERASAAN dan PIKIRAN juga memegang peranan penting. Maka kita semua diminta dan ditunjukkan jalan untuk menguasai ketiga badan –badan itu.

Perbuatan mungkin dapat dengan mudah dikuasai, tapi yang agak sukar ialah perkataan yang sering keterlaluan dikeluarkannya. Tapi yang paling sukar ialah pikiran. Sebab perbuatan dapat kita lihat dengan nyata, tapi perkataan agak sukar diketahui sebab diucapkan dengan bisik-bisik atau diucapkan dalam hati. Tetapi yang paling sukar dari segalanya, ialah pikiran yang tak dapat terlihat itu, dan yang cepat datang perginya; meloncat-loncat seperti kera kata Swami Vivekananda. Para bhikkhu dan para yogi semuanya berusaha keras untuk menaklukkan pikiran yang tak dapat dipegang itu, seperti angin saja.

Dalam filsafat Zen, sang pikiran itu adalah bagaikan cermin yang kosong. Yang disebut pikiran itu ialah pantulan obyek benda-benda duniawi ini hingga merupakan geraknya/gelombangnya pikiran itu sendiri. Padahal dasarnya sang KOSONG itu sendiri yang disebut Dharma Kaya atau Tao.

Marilah kita semua berusaha sedikit demi sedikit untuk menaklukkan sang pikiran itu, hingga kemenangan terakhir akan ada pada kita semua. Siapa yang dapat menguasai pikirannya, dapat juga menguasai dunia dan akhirat. Sadhu!


 


Disadur dengan perubahan dari majalah TJAHAJA TRI-DHARMA no.8 tahun ke I (1970)


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar:

 

ShoutMix chat widget