Minggu, 09 November 2008

KETUHANAN YANG MAHA ESA = BELIEVE IN ONE GOD ?


 


 

Kebanyakan orang awam yang berpikir sederhana mengatakan terjemahan di atas pas, tapi sesungguhnya tidak mewakili semua keberagaman kebenaran yang diyakini bangsa Indonesia.

Menurut Oxford Pocket School Dictionary terbitan 2007, God didefinisikan: the creator of the universe in Christian, Jewish, and Muslim belief, atau god (awalan huruf kecil) didefinisikan: a male being that is worshipped.

Sedangkan bangsa Indonesia tidak hanya meyakini Islam & Nasrani saja, ada Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, kepercayaan turun-temurun dari leluhur suku-suku lokal, aliran-aliran kebatinan,& juga sinkretisme antara agama-agama & kepercayaan-kepercayaan tersebut. Pengikut-pengikutnya ada yang meyakini banyak dewa (gods) atau dewi (goddeses), roh-roh leluhur, arwah orang mati, makhluk gaib, sebagai tujuan doanya. Ada sebagian yang berkeyakinan bahwa perjuangan diri pribadi untuk membebaskan diri dari penderitaan & menjadi pribadi yang lebih baik tanpa bantuan God, gods, goddesses, atau makhluk-makhluk lainnya, berdasarkan pemahamannya yang lebih difokuskan pada manusia & hubungannya dengan mental spiritual, lingkungan sosial,& alam kehidupannya.

Fenomena keberagaman ini tidak akan pernah bisa diseragamkan oleh siapapun dengan hanya satu pemahaman yang diadopsi dari satu label agama yang dominan, ini akan menghancurkan bangsa itu sendiri & lembaga otoritas yang melabelkannya, karena penyeragaman menghentikan proses pertumbuhan & perkembangan masing-masing pribadi & lingkungan sosialnya secara alami. Hal ini bisa dibuktikan dengan fakta sejarah kemunduran bangsa-bangsa di Eropa di abad pertengahan yang gelap (the dark of middle ages) yang berlangsung 10 abad. Pada abad 5-15M, Gereja Katolik pra Reformasi menjadi lembaga yang paling berkuasa di atas raja-raja Eropa,& menjadi sumber kebenaran tertinggi bagi seluruh bangsa Eropa. Adanya pemikiran-pemikiran lain yang tidak sejalan dengan ajaran & peraturan Gereja dilarang berkembang, di masa ini terjadi banyak kekerasan & pembantaian orang-orang tak bersalah karena tuduhan sesat, bidaah,& kafir. Peradaban yang tinggi dari zaman Romawi dihancurkan bangsa-bangsa barbar yang picik, sehingga bangsa-bangsa Eropa berhenti dalam kemajuannya hampir di segala bidang. Kebodohan ini terus berlangsung & dijaga kaum penguasa & pimpinan Gereja demi kelangsungan pengaruh mereka untuk mempertahankan harta kekayaan & kekuasaan politik, orang-orang yang menemukan fenomena alam & hasilnya bertentangan dengan ajaran Gereja pada saat itu seperti Nicolaus Copernicus, Giordano Bruno, Galileo Galilei ditindas, dihukum seumur hidup atau dihukum mati. Kelompok Gereja Katolik akhirnya terpecah belah, separuh pendukungnya menjadi aliran-aliran lain karena berbeda pemahaman tentang ajaran Kristen yang berbaur dengan budaya Romawi berusaha dibakukan dengan bahasa Latin, perbedaan persepsi tentang ajaran & pengamalannya, praktek Gereja yang menindas & membunuh mereka yang berbeda pandangan, kemerosotan moral & tindakan korupsi para anggotanya,& pengaruh pembaharuan dari renaissance & aufklarung yang muncul akibat hubungan bangsa-bangsa Eropa dengan orang-orang Muslim pada masa kekhalifahan Cordoba di Spanyol, hingga masa perang Salib.

Di balik fenomena keberagaman itu, kita bisa memahami bahwa semuanya itu adalah sarana manusia untuk mencapai tujuan yang sangat mulia, yakni kebebasan mutlak manusia dari segala penderitaannya di dunia secara universal, ini juga berarti semua penjelasan sudah berakhir, karena hal ini sudah melampaui batasan-batasan pemikiran manusia biasa, ilusi-ilusi, & dogma-dogma yang menghalangi setiap pribadi untuk berproses menuju kebebasan tersebut. Maka, terjemahan yang mendekati maksud ini adalah "The One Transcendent Divinity".

Jika terjemahan ini menimbulkan ketidaksetujuan dari lembaga-lembaga keagamaan tertentu yang telah membakukan judul artikel ini (tentunya tanpa ? & pasti diakhiri ! ) sesuai dengan kitab sucinya, maka mereka sebaiknya menyadari keberatan dari lembaga-lembaga lain yang isi kitab sucinya tidak mungkin dipersamakan dengan miliknya. Jika siapa saja bersikukuh mengubah terjemahan tadi untuk praktisnya mudah dimengerti semua orang tanpa memahami realitas keberagaman, maka dia atau mereka seperti menceritakan indahnya pelangi kepada orang-orang buta.


 


 

Tidak ada komentar:

 

ShoutMix chat widget