Rabu, 19 November 2008

MENGAPA ORANG MENDAPAT TEKANAN BATIN?


 


 

Account    illumination


 

Tekanan batin merupakan semacam penyakit yang tidak ringan.

Orang yang mendapat tekanan batin, dia sakit. Maka dinamakan penyakit tekanan batin.

Tekanan batin menyebabkan pikiran seseorang kacau, bingung, tidak karuan arahnya. Lalu perilaku, tindakan, atau perbuatan orang itu tidak normal. Itulah yang menyebabkan orang lain menganggapnya sebagai orang "strip" atau dalam bahasa Hokkian dikatakan "poa gong".

Adapun berat atau ringannya penyakit tekanan batin itu bergantung dengan kadar kekacauan yang dideritanya.

Tekanan batin serupa dengan penyakit urat syaraf. Dokter yang meyakinkannya dapat menjelaskan lebih banyak.

Di sini penulis hanya akan membicarakan tekanan batin dari sudut kebatinan.

Pertama-tama marilah kita mencari tahu, kenapa orang mendapat tekanan batin?

Apakah karena dia miskin, kurang uang?

Jika kita benar-benar menyelidikinya, bukan itu sebabnya. Di dunia ada banyak orang miskin dan kekurangan uang, tetapi beberapa di antara mereka saja yang mendapat penyakit yang tidak normal itu.

Orang yang sudah mapan dan kaya raya, di antaranya ada juga yang menjadi linglung, sinting, atau abnormal. Inilah yang menandakan uang tidak membuat orang abnormal.

Atau karena kebodohan, sehingga dia mendapat penyakit tekanan batin?

Itu juga bukan. Di dunia ada banyak orang bodoh, dan mereka tidak semuanya gila. Bodoh tinggal bodoh. Masalah edan lain lagi. Bahkan mereka sanggup menjalani cara hidup yang sembarangan tanpa banyak penolakan seperti saudara-saudaranya yang cerdas dan intelek.

Orang-orang yang intelek dan ber-IQ tinggi, di antaranya ada yang lebih berbahaya bila tidak mengerti jalannya hidup yang lebih mendalam. Maka pengertian kebatinan adalah penting bagi setiap orang, terutama yang jenius.

Apakah orang yang mendapat tekanan batin itu disebabkan rongrongan, godaan, dan sebagainya?

Tidak juga. Bila kita telusuri dalam-dalam, kejadian-kejadian dari luar bukan menjadi biangnya orang mendapat tekanan batin sehingga menyebabkan penyakitnya.

Apakah karena orang itu lemah, lalu dihina, dinista, ditindas oleh pihak yang kuat dan berkuasa, hingga menjadi sakit batinnya?

Itu juga tidak menjadi biang keladi ketidakwarasan yang disebabkan tekanan batin yang didapatkannya.

Yang jelas menjadi pangkalnya tekanan batin yaitu si 'aku' menghendaki sesuatu, namun tidak tercapai. Tapi si 'aku' terus terikat dengan keinginannya itu. Si 'aku' tidak dapat melepaskan keinginannya tadi, itulah menimbulkan pertentangan yang hebat sekali di dalam batin. Akibatnya batin menjadi gelisah, kalut, marah, gusar, dan sebagainya.

Kita dapat membayangkan sendiri, bagaimana perkembangan orang yang mengalami pertentangan dan kekalutan batin secara demikian?

Sudah tentu ia menjadi abnormal. Mulai dari pikirannya, lalu perbuatannya, termasuk juga percakapannya jadi ngaco tidak karuan.

Dia yang berbuat demikian tidak sadar – meskipun dia berkata bahwa dia sadar.

Sebab, apabila dia sadar, dia tidak berbuat demikian, mengacau dan berbicara sembarangan, seolah-olah dia tahu segala pekerjaan Tuhan.

Kepada siapa saja dia merasa benci, entah melanggar perintahnya, entah tidak menuruti keinginannya, lalu dijadikan sasarannya. Dia memaki-maki, mengutuk, mengumpat, menghujat, mengatakan di luar kesopanan manusia yang normal.

Jadi jelaslah bahwa si 'aku' sangat berpengaruh besar pada orang itu, yang menimbulkan kelakuan-kelakuan aneh, perbuatan-perbuatan yang abnormal, karena ia tidak dapat lepas dari keterikatan keinginannya yang tak tercapai.

Orang yang menginginkan sesuatu, walaupun keinginannya besar, tapi kalau dia tidak terikat secara "mati-matian" tidak akan mengalami sakit bila gagal.

Dan banyak orang yang gagal dengan usahanya tidak mendapat tekanan batin, sebab mereka tidak terikat begitu keras. Si 'aku' tidak berpengaruh sedemikian hebatnya.

Maka yang harus dimengerti adalah si 'aku' ini. Si pikiran yang membesar-besarkan dirinya sendiri, mau menang sendiri, minta dipandang unggul sendiri,- itulah yang membuat dirinya terkekang., pikiran dan hatinya bertentangan, batinnya kacau, perasaannya gelisah, akhirnya menjadikannya susah, menderita, yang akibatnya menjadi penyakit tekanan batin.

Bagaimana supaya kita tidak mendapat tekanan batin? Dia harus tidak terikat dengan segala sesuatu. Pikirannya harus bebas, bersih dari kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal, lepas dari khayalan atau ilusi. Dengan singkat, si 'aku' harus dimengerti, sebab si 'aku' inilah yang membuat permintaan yang bermacam-macam rupanya.

Orang yang 'aku'-nya begitu besar, mempengaruhi seluruh hidupnya tanpa sadar. Tapi dia mengakunya sadar.

Si 'aku' tidak mau dikalahkan. Si 'aku' minta diunggulkan, dijunjung tinggi, dan dipuji-puji.

Jika si 'aku' disinggung, dengan segera terjadilah keributan, percekcokan, dan perlawanan.

Di situlah sukarnya kita berhadapan dengan si 'aku'. Keadaan hidup yang demikian ini tidak akan berhenti, tidak akan berubah, tidak akan berganti, - apabila kita tidak dapat mengerti diri kita sendiri. Hanya kalau pengertian itu datang, ada pada kita, barulah kesadaran yang sejati membukakan "belenggu" kita dan di situlah peranan si 'aku' berhenti.

Apakah yang mengganti jika si 'aku' sudah tidak ada dalam diri kita? Kasih yang ada. Kasih itulah hidup manusia yang sejati.

Dengan kasih setiap orang hidupnya lapang, bersih, tidak terikat dan tidak terkekang dengan apapun. Orang yang begitu adalah orang yang bebas.

Dan jika kita dapat hidup bebas, kita senang, gembira ria, tenang tenteram, berpandangan luas, tidak akan ada tekanan batin yang mengganggu kita.

Maka marilah kita semua mengarahkan hidup kita kepada hidup yang bebas.

Jangan sampai kita diperbudak sifat 'aku'. Jangan kita lupa dan memupuk si 'aku'. Jangan sampai kita menuruti keinginan si 'aku' yang hanya mau mengenakkan dirinya sendiri, namun melepaskan hubungan baik dengan sesamanya.

Ingatlah baik-baik, kita tidak hidup menyendiri. Hidup kita yang nyata ialah baik dengan semua makhluk hidup.

Orang yang pandai bukan untuk dirinya sendiri, melajnkan untuk hubungan baik dengan yang lain. Dan itulah sifat kasih. Kasih itu kewajaran manusia, kasih itu kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Jika orang menyadarinya, maka tekanan batin tidak ada. Lalu hidupnya senang, tenteram, bersih, dan segar.

Semoga setiap orang suka mengerti hal itu, dan tidak terganggu dengan tekanan batin bercorak apapun.


 

Disadur dengan perubahan dari majalah TJAHAJA TRI-DHARMA no.10 tahun ke I (1970)

11 komentar:

Unknown mengatakan...

Jadi bagaimana Cara melepas "aku" dalam Diri,aku baru tahu kalau kekacauan,kegelisahan,panik,marah,grogi,Dan Ketidaknyamanan yg aku alami selama ini itu karna "aku"dalan diriku.tolong masukannya.trima kasih.

Unknown mengatakan...

Mmg aku adl binatang jalang..dr org2 terbuang...aku ingin hidup seribu tahun lg

Unknown mengatakan...

Santai bro pengin puya uang untuk membayar hutang tapi ga kesampean ya sudah lepas saja keinginan itu nanti ga terkena tekanan batin ga setres

JJ mengatakan...

'aku' disini berarti ego. Ego yg tinggi mengikat diri anda, sehingga terasa seperti ada dinding2 yg mendekat yg menekan diri anda hingga sesak tak bisa bernafas.

utk menguranginya cobalah, jangan pedulikan hawa nafsu (ego) anda. dengan mengikuti nafsu tsb terus-menerus membuat pikiran menjadi berpikir “harusnya aku yg dapat itu. harusnya keinginanku tercapai. aku, aku, aku.” Bila tidak dibiasakan menahan/mempedulikan ego maka ya anda bakal kejebak.

Kalo udah kejebak gimana? Org tsb akan susah dibilangin, dinasehatin, kadang orang ini perlu pelajaran akibat keegoannya (ke-aku-annya). Bila itu orang udah kena titik balik terendah dlm hidupnya, baru lah sadar. Jadi, sebelum telat, daripada dihajar dulu sama Alam biar ngerti, kan mending instropeksi.. kalo instropeksinya caranya tanya ke orang kan biasanya anda juga kurang percaya ("Ah masa sih gue gitu? Ah apa iya gue orangnya gitu? Lah gue gak percaya"),
yasudah instropeksinya cari di internet. tanda2 kenapa anda dijauhi, suka marah2, atau sifat anda yg anda herankan.. cari saja di internet kalau omongan orang kurang anda percayai. Nanti biar anda sendiri yg menanganinya, bener kagak, apa aja yg mesti dilakukan, sebaiknya gimana, dsb.
Tapi kl mau lebih gampang sih jgn ngarep bgt biar ujungnya kagak nyesek

moga komentar gw membantu memahami apa itu "aku"

Hendraverlijonanda mengatakan...

INFERNO

Unknown mengatakan...

Ya..itulah aku....dengan segala kekuranganku..

Unknown mengatakan...

Aku ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua kesalahanku

Unknown mengatakan...

Aku ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua kesalahanku

Unknown mengatakan...

Ya..itulah aku....dengan segala kekuranganku..

HOT NEWS DOMESTIC AND FOREIGN mengatakan...

Bersukur itu aja cukup

Qarqun mengatakan...

betul tu memang tekanan batin tu dari diri kita sensendiri tapi persekitaran sekeliling kita pon memainkan peranan, sebab kita ni perlukan kasih sayang dan soksokongan dari orang terdekat contoh family baru lar hati kite kuat tapi masalahnyer family pon tak dapat memahami kite jadi luahan tekanan tu tak dapat di luahkan dan dan makin terpendam hingge tak boleh di kawal,lagi2 jenis ibu bapa yang hanya mementingkan diri sendiri dan sering mengongkong anak dan dan tidak pernah memahami diri anaknya....ini terjadi pada diri aku sendiri

 

ShoutMix chat widget