Jumat, 26 Desember 2008

THEOKRASI TIDAK MENJAMIN KESELAMATAN UMAT MANUSIA


 


 

Account    illumination


 

Sebagian dari kita saat ini sedih, susah, kecewa, frustasi, marah, dan tidak mempunyai perasaan-perasaan negatif lainnya ketika berhadapan dengan situasi negara dan bangsa yang makin kacau balau, dilanda krisis yang kompleks, dan selalu mengalami bencana. Banyak orang-orang telah menyakiti diri sendiri, keluarga, orang lain demi mengejar pemuasan nafsu dan kebencian mereka sendiri, karena telah ditutupi ketidaktahuan (kebodohan) yang dibungkus dengan khayalan-khayalan duniawi.

Teinspirasi kebangkitan-kebangkitan para suci, nabi, dan guru besar masa lalu lewat ajaran-ajaran yang turun temurun dalam agama kita masing-masing, sebagian dari kita beranggapan bahwa situasi ini harus diubah dengan membangun tatanan baru, yang berasal dari doktrin ajaran-ajaran agama yang kita yakini sesuai dengan kedalaman pemahaman kita masing-masing. Sayangnya, di negara ini banyak orang yang mempunyai jalan yang berbeda-beda dan mengikutinya dengan pemahaman yang berbeda-beda kedalamannya dan kepentingannya, jika ide ini dilaksanakan, satu negara ini pasti terpecah belah menjadi banyak negara-negara kecil. Jika negara kecil ini hidup nantinya, belum tentu bisa berdaulat seperti halnya negara besar yang kuat dan kaya. Belum lagi, rakyatnya pasti mengalami banyak kesusahan dan penderitaan, karena otomatis akan kehilangan keluarganya, harta bendanya, pekerjaannya, bisnisnya, dan kebebasannya, karena di negara yang baru, para pemimpinnya membuat, melaksanakan, dan mengadili orang-orang lebih kejam lagi, karena mereka tidak mentolerir keyakinan sekelompok minoritas yang berbeda, kecuali ada sekelompok pemimpin yang berpengaruh kuat melindungi dan menjaganya, tergantung kadar kepentingannya.

Apakah perlakuan penguasa bisa lebih adil kepada rakyatnya yang homogen? Belum tentu, keadilan berada di tangan para penguasa religius, pendeta atau imam atau kepala ulama tertinggi, raja atau kaisar yang menjadi dewa hidup atau wakil Tuhan, atau dewan tetua pemuka agama. Pihak penguasa juga punya keterbatasan untuk menangani masalah-masalah, karena tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan tuntas dalam hukum agama, biasanya dengan menjaga kepentingannya maka keluar agama itu didesain untuk menjaga dan memelihara keberlangsungan kekuasaan mereka tanpa memperhitungkan kesalahan-kesalahan atau kegagalan mereka. Jadi, mereka mengkomunikasikan diri sebagai sosok sempurna walaupun kenyataannya mereka hanyalah manusia biasa. Atau mereka mengkomunikasikan diri sebagai penjaga kebenaran sejati yang menurut mereka sendiri paling benar (berarti yang lainnya salah semua).jika ada orang atau pihak lain yang menentang mereka, tentu mereka pasti akan dikucilkan, disingkirkan, disiksa, dipenjara, atau dibunuh agar tidak mempengaruhi rakyat untuk mengikuti sikapnya.

Jika pemerintah yang menguasai negara itu bisa menjalankan tugasnya menurut prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan yang universal, maka pemerintah yang theokratis ini hampir berhasil membuat rakyatnya hidup lebih baik. Namun, biasanya mereka lemah dalam pertahanan terhadap ancaman serangan bangsa atau negara lain yang lebih agresif. Prinsip kemanusiaan yang naif sangat dijunjung tinggi oleh bangsa itu, sehingga tidak memperkenankan pemerintahnya memperkuat pertahanan militernya, ekonomi, sosial, dan budayanya. Pemerintahan semacam itu pasti akan mudah dikuasai atau dihancurkan bangsa atau negara lain yang lebih licik, lebih kuat, dan lebih kejam.

Bahkan pemerintahan yang paling kuat pertahanannya di segala bidang tidak juga terjamin kelangsungannya jika oknum-oknum dalam pemerintahan itu mulai korup dan menjalankan politiknya sendiri demi kepentingannya. Ini dapat menimbulkan pengkhianatan yang sangat dahsyat daya merusaknya daripada perang besar atau bencana alam.

Bila pemerintah gagal mempertahankan hidupnya, maka rakyat pasti hidup dalam kekacauan. Tidak ada yang memimpin mereka, dan orang-orang pasti saling menyakiti sesamanya demi kelangsungan kehidupan mereka. Negaranya terpecah belah menjadi negara-negara yang lebih kecil, lebih lemah, dan gampang dikendalikan negara-negara yang kuat.

Satu gambaran yang sangat tragis, bahwa ternyata sejak jaman Mesir kuno, sistem theokrasi menempatkan Pharaoh sebagai penguasa tertinggi yang dijunjung para pendetanya tumbuh menguat di atas penderitaan rakyat. Hal yang sama terjadi dengan sistem kapitalisme murni yang menempatkan uang di puncak tertinggi di bawah para penguasanya yang diperkuat oleh para pemuka agama, para prajurit, dan pemodalnya menindas rakyat kecil habis-habisan. Jadi, sebenarnya praktek menyimpang dari para pendeta atau pemuka agama sebagai pendukung pemerintah yang menjalankan sistem ekonomi model demikian yang menyebabkan kesengsaraan dan kekacauan rakyat. Jika pikiran mereka dimotivasi penumpukan kekayaan semata dengan menggunakan tameng religius itulah yang harus ditentang, bukan ajaran agamanya. Karena setiap agama dari manapun asal atau waktu timbulnya pada hakikatnya tidak membenarkan orang menindas, menyakiti, bahkan membunuh sesamanya, dengan memaksa orang bekerja keras dengan bayaran sedikit demi melangsungkan hidup mewah para boss.

Tidak ada komentar:

 

ShoutMix chat widget