TUHAN
Kebanyakan orang Indonesia anggap kata ini teragung & termulia, selalu disebut dalam doa & kitab suci beberapa agama,tertulis di Pancasila,sumber semua hukum di Indonesia,selalu diucap dalam sambutan seremonial,& dinyanyikan penyanyi-penyanyi di lagu-lagu popnya.
Di kehidupan sehari-hari, TUHAN sering disebut orang jika mereka ada problem, sedang sial,& diteriakkan jika takut, kaget, mengeluh,& menyesal. Mengapa? Ini hasil implan beberapa label agama yang menyatakan TUHAN sebagai pencipta & pelindung kehidupan.
Selanjutnya, beberapa oknum lembaga agama menggunakan TUHAN demi kepentingan duniawinya, antara lain: sumber finansial untuk nafkah & kemewahannya, status sosial tinggi, kekuasaan politik & ekonomi,& demi ideologi mendirikan negara baru sesuai dengan label agamanya.
Akibatnya konflik meledak, orang-orang bermusuhan hanya karena beda prinsip & label agama, grup yang labelnya kuat & banyak pengikutnya menindas & meniadakan grup-grup lain yang labelnya lemah atau tak berlabel & sedikit pendukung dengan segala cara kekerasan, intimidasi, politisasi, indoktrinasi, propaganda, publikasi, selebriti & manipulasi kebenaran untuk mencegah kiamat yang berarti tamatnya kepentingan duniawi oknum-oknum tadi.
Berbahayakah TUHAN itu sebenarnya? Tidak, itu kembali kepada tiap pribadi yang memahaminya bukan hanya menurut konsep label agama tertentu, melainkan melampaui batas-batas label-label agama yang bervariasi, menuju pemahaman diri sendiri yang unik, sederhana, harmonis,& transcendent .Unik karena tiap pribadi punya cara sendiri untuk memahaminya, sederhana berarti mudah & praktis memahaminya, harmonis berarti damai & tenang dengan pikiran-pikirannya sendiri, keluarga, teman-teman, orang lain, makhluk hidup lain,& lingkungan alamnya. Transcedent, melampaui kata-kata untuk menjelaskannya, karena pemahaman wajib dirasakan sendiri, seperti merasakan citarasa makanan lezat, tidak akan lezat jika tidak mencobanya langsung dengan lidah sendiri, ya nggak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar